Namun kini,
sosok beliau bisa jadi telah dilupakan. Seolah-olah bangsa ini tidak pernah
memiliki seseorang yang telah berjasa mengharumkan nama bangsanya melalui
akselerasi pengembangan teknologi. Padahal, di balik perjuangan beliau
tersingkap sederet pelajaran berharga yang seharusnya dapat ditiru oleh
generasi di zaman ini. Ada cinta yang besar dalam sanubari beliau untuk
membangun bangsanya. Ada segudang prestasi beliau yang telah mengguncang dunia
dan mengharumkan Indonesia.
Dalam bukunya yang berjudul “The
True Life of Habibie, Cerita di Balik Kesuksesan”, Makmur Makamengungkapkan
secara ilmiah tentang kehidupan B. J. Habibie. Dia merupakan seorang anak desa
yang terlahir dari keturunan darah Bugis dan Jawa. Dia merupakan anak yatim,
karena ayahnya telah wafat ketika usianya masih anak-anak. Namun, di masa ini
pula Habibie tumbuh menjadi seorang anak yang kuat dan teguh dalam memegang
prinsip-prinsip agamanya. Penanaman nilai-nilai agama yang diberikan oleh kedua
orang tuanya, khususnya sang Ibu dan kelak akan terlihat hasilnya ketika beliau
menghadapi berbagai tantangan di masa tuanya.
Di usia sekolah, kepandaiannya tampak biasa-biasa
saja sebagaimana teman-temannya. Prestasinya mulai tampak dan dirinya mulai
bersinar ketika telah memasuki masa-masa SMA, yaitu ketika ia dapat
menyelesaikan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan fisika, seperti
pelajaran Stereo Goneo secara lebih singkat jauh melampui kemampuan
teman-temannya. Sehingga oleh Pak Gouw, gurunya di kala itu dia diberi nilai maksimal dan predikat
prestasi yang baik.
Setelah tamat dari tingkat SMA, Habibie
melanjutkan ke THS (sekarang ITB) sesuai dengan keinginannnya untuk
mengembangkan bakatnya dalam bidang teknik, khususnya fisika. Baru beberapa
bulan di sana, beliau akhirnya mendapat kesempatan untuk meneruskan kuliahnya
di Technische Hochschule Aachen, Jerman. Meskipun tidak
mendapat beasiswa penuh, beliau tidak pernah surut untuk mewujudkan
cita-citanya yang besar yaitu ingin mempersembahkan sesuatu yang besar bagi
bangsa dan negaranya.
Masa-masa kuliah di Jerman, adalah masa-masa yang pahit dan penuh
perjuangan. Namun bagi beliau, semua itu justru menjadikan cambuk yang dahsyat
baginya. Beasiswa yang tidak penuh membuat dirinya selalu berpikir matang dalam
menjalani kuliah. Baginya, ketidaklulusan dalam suatu mata kuliah adalah beban
berat yang akan ia lemparkan kepada ibunya yang telah rela menjual salah satu rumah demi studinya di Jerman
tersebut. Maka tidak mengherankan jika kelak beliau kemudian lulus dengan
predikat Cumlaude dengan angka rata-rata 9,5.
Di sela-sela
kesibukannya dalam kuliah, Habibie tidak lantas meninggalkan aktivitas
organisasi. Justru beliaulah salah satu aktivis yang paling giat dalam
melakukan konsolidasi antar mahasiswa Indonesia yang belajar di Eropa ketika
itu. Beliau adalah inisiator dalam membentuk kelompok-kelompok diskusi
mahasiswa saat itu. Tujuannya adalah untuk menggali pemikiran mereka yang
bermanfaat untuk kemajuan bangsa Indonesia jika kelak kembali. Hasilnya adalah
dengan terselenggaranya seminar pembangunan nasional yang dihadiri oleh seluruh
perwakilan mahasiswa Indonesia di penjuru Eropa.
Semangat
beliau tidak berhenti meskipun kemudian dia tidak lagi menjadi mahasiswa.
Sebagai patriotis sejati, dia mengoptimalkan aktivitasnya di luar negeri
sembari mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu dipanggil kembali ke Indonesia.
Dia melanjutkan studinya sampai doktor sambil terus bekerja di industri
konstruksi pesawat di Jerman. Maka tidak mengherankan jika kegigihannya dalam
mengembangkan teknologi telah menghadirkan kepercayaan MBB (perusahaan
kontruksi pesawat terbang terbesar di Jerman kala itu) untuk mengangkatnya
sebagai Wakil Presiden dan Direktur Teknologi MBB, sebuah jabatan yang
mungkin mustahil diberikan oleh bangsa Jerman kepada orang asing selain
Habibie.
Di puncak
kariernya ini, beliau berhasil membuat dunia tercengang dengan teori keretakan
badan pesawat. Teori ini telah memberi manfaat kepada dunia dan memberi peran
menyelamatkan manusia dalam transportasi. Buku-buku karya beliau tentang
aeronautika dan selainnya pun telah menjadi buku rujukan di seluruh dunia dalam
hal mekanika dan penerbangan. Semua itu telah membuka mata dunia bahwa orang
Indonesia tidak tertinggal dalam teknologi.
Dan yang lebih penting, dunia mendapati bahwa
beliau adalah seorang muslim yang taat. Beliau bukan sekadar ilmuwan
sebagaimana para ilmuwan Eropa atau Amerika, tetapi seorang ilmuwan muslim yang
terlahir di bumi Indonesia yang mengharumkan nama Islam. Berbagai pujian dan
harapan beliau terima dari pemerintah negeri-negeri muslim di penjuru dunia.
Betapa luar biasanya, Indonesia dan dunia muslim saat itu telah memiliki
seorang ahli aeronautika dunia satu-satunya yang ahli dalam teoricracking propagation pesawat.
Hingga
kemudian bangsa Indonesia memanggilnya untuk memegang tampuk pengembangan
teknologi. Direlakannya jabatan besar dan segala kemewahan di MBB untuk
mengabdi demi bangsanya. Jabatannya sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi
telah mengantarkan Indonesia menjadi negara yang memiliki industri strategis
termaju di tingkat ASEAN ketika itu. Hampir saja negeri ini memiliki pesawat
N-250 Gatotkaca buatan sendiri yang siap untuk diekspor di seluruh dunia
sebagai pesawat tercanggih yang khusus dimiliki oleh orang-orang penting di
seluruh dunia. Namun takdir berkata lain, bahwa teknologi tersebut kandas di
tengah jalan ketika reformasi berkecamuk padahal pesawat canggih tersebut
tinggal menunggu sertifikat penerbangan internasional sebagai syarat terakhir
uji kelayakan pesawat tersebut.
Habibie
dikenal sebagai sosok alim yang taat beragama dan telah menjadi figur muslim
yang patut dicontoh oleh umat Islam dalam hal semangatnya membangun peradaban.
Beliau pernah dipercaya sebagai ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia
(ICMI). Beliau bahkan beberapa kali menjadi tamu istimewa bagi keluarga
Kerajaan Saudi Arabia. Sikapnya yang penuh dengan keramahan dan kecerdasannya
dalam berpikir telah menarik hati para pemimpin dunia untuk bersimpatik kepada
Indonesia.
Jika beliau
berbicara tentang teknologi maka sebenarnya beliau sedang mengajak rakyat
Indonesia untuk terus belajar agar menjadi cerdas. Jika beliau berbicara
tentang industri strategis maka sebenarnya beliau sedang mengajak semua elemen
bangsa untuk mengentaskan kemiskinan secara sistematis dan membebaskan diri
dari ketergantungan terhadap asing. Demikian ringkasan biografi singkat
sekaligus ungkapan kekaguman Makmur Makka terhadap sosok beliau.
Dari paparan
yang cukup singkat di atas kita dapat melihat betapa dahsyatnya beliau
melejitkan diri dalam menggali potensi yang ada sehingga kita mengenal beliau
sebagai manusia kompetitif dengan segudang prestasi mendunia. Sehingga
diharapkan kita dapat memperoleh pelajaran sekaligus hikmah dari perjalanan
salah seorang pahlawan bangsa yang kini mulai dilupakan. Serangkaian hikmah
dapat kita petik dari kisah singkat perjalanan hidup beliau yang telah
dipaparkan sebelumnya sebagai sebuah pelajaran praktis dalam melejitkan potensi
diri kita untuk meraih prestasi gemilang.
Pertama, beliau adalah orang yang mampu mengenali potensi
dirinya dan bersungguh-sungguh untuk mengembangkannya. Hal ini terlihat dari
keseriusannya dalam mengembangkan diri sesuai dengan bakat yang ada pada
dirinya. Beliau memiliki kelebihan dalam fisika dan beliau pun memaksimalkan
pengembangan dirinya untuk menekuni bidang ini khususnya dalam bidang
aeronautika sehingga melahirkan karya-karya besar yang mendunia dan bermanfaat
bagi peradaban manusia. Jika kita bersungguh-sungguh mengenali kemampuan yang
terpendam dalam diri kita kemudian mengasahnya secara terus menerus niscaya
kita mampu menghasilkan sesuatu yang besar dan bermanfaat. Maka tak
mengherankan jika Bang Anwar Fuady, penulis novel Negeri
5 Menara juga
terinspirasi dengan kehidupan beliau. Meskipun tidak menjadi ahli mekanika
seperti Habibie, Bang Anwar tetap membawa semangat tersebut yang dibingkai oleh
sebuah akan kata nasihat man jadda wajada, siapa bersungguh-sungguh pasti
akan mendapatkannya.
Kedua, beliau adalah orang yang disiplin dan pandai
memanfaatkan waktu. Target kuliah beliau ibarat besi yang tidak memiliki
modulus elastisitas, sehingga beliau tidak berkompromi terhadap masa studi.
Keterbatasan biaya karena tidak mendapat beasiswa seperti mahasiswa yang lain
membuat beliau memiliki kedisiplinan yang tinggi dalam belajar dan menuntaskan
studi sesuai dengan target yang diberikan. Beliau mampu mengolah kecerdasan
intelektualnya secara maksimal. Namun beliau juga tidak menafikan kegiatan
organisasi dalam skala regional yang bisa kita bayangkan betapa sulit
pengelolaan waktunya. Semua beliau jalankan dan terbukti memberikan hasil yang
luar biasa. Ini merupakan bukti dari seorang yang memiliki ciri harisun
alal waqtihi. Dari sini, kita katakan bahwa orang yang sukses
adalah orang yang benar-benar disiplin terhadap waktunya dan komitmen dalam
memanfaatkannya.
Ketiga, beliau adalah orang yang sangat kompetitif.
Menjadi Wakil Presiden dan Direktur MBB bukanlah hal yang mudah, bahkan bisa
jadi mustahil untuk orang asing selain Habibie. Bagaimana tidak? Perusahaan
yang merupakan kebanggaan masyarakat Jerman kala itu dapat memberi kesempatan
kepada seorang warga negara asing seperti Habibie. Jika bukan karena
kompetensinya yang luar biasa, tidak mungkin jabatan itu diberikan kepada
beliau.
Jiwa
kompetitif beliau ini diusung oleh dua karakter hebat yang selalu tertancap pada
diri beliau yaitu semangat bekerja keras dan dedikasi yang tinggi. Dalam
biografi yang ditulis Makmur Makka diungkapkan bahwa beliau adalah orang yang
menghabiskan waktunya di laboratorium selama menjabat direktur teknologi MBB
untuk melakukan penelitian dan rancang bangun kepesawatan. Sehingga tidak
mengherankan jika teori keretakan pesawat mampu membawa dirinya tercatat dalam
sejarah perkembangan fisika dunia.
Keempat,
beliau adalah sosok yang rendah hati, sederhana dan berjiwa besar.
Kerendahhatian beliau terlihat dari percakapan beliau dengan presiden Soeharto
ketika itu,
Presiden,
“Habibie, sudah saatnya kamu pulang ke Indonesia untuk membangaun negaramu!”
Habibie, “Iya
Pak, tapi saya bisa berbuat apa. Saya hanya bisa membuat pesawat terbang”.
Presiden,
“Jika membuat pesawat saja bisa, maka yang lain-lain pasti lebih bisa”
Ungkapan
presiden Soeharto saat itu terbukti benar. Memang Habibie mampu berbuat banyak
hal untuk menyelematkan bangsa Indonesia dari ketertinggalan teknologi dan
mencetak generasi-generasi yang ahli di bidang teknologi.
Dalam hal
kesederhanaan, terlihat jelas apa yang sebenarnya menjadi orientasi seorang
pejuang seperti beliau. Meninggalkan MBB berarti meninggalkan kemewahan dunia
dan siap berdikari di negeri sendiri dengan segala keterbatasannya. Dapat
dibayangkan betapa kecintaannya kepada Indonesia, seorang wakil pimpinan
perusahaan yang gajinya saat itu sudah hampir mencapai Rp 10.000.000,00 rela
melepas jabatannya dan pulang ke tanah airnya untuk menjabat menjadi kepala
BPPT yang gajinya hanya sekitar Rp 450.000,00. Namun itulah keikhlasan yang
sejati, ketika setiap pencapaian yang dilakukan adalah untuk dipersembahkan
kepada Alloh, dan kemudian untuk kesejahteraan umat manusia. Beliau rela hidup
dengan gaji pejabat di Indonesia ketika itu asal dapat membangun negaranya dan
dapat mempersembahkan yang terbaik untuk pengembangan teknologi Indonesia.
Bukti lainnya adalah ketika beliau mulai dilupakan
oleh negaranya, beliau tidak lantas mencari perhatian dan berbagai masalah yang
sebenarnya dapat beliau lakukan mengingat posisi beliau di mata dunia.
Gelombang reformasi yang menggilas seluruh negeri telah menghempaskan rezim orde
baru dan semua orang yang
dianggap sefase dengannya, termasuk B. J. Habibie. Beliau kemudian mundur dari
dunia pemerintahan, namun tetap memberikan manfaat bagi dunia khususnya dalam
pengembangan teknologi serta tetap aktif memberi peran bagi bangsa Indonesia
melalui Habibie Center-nya. Jabatan presiden yang pernah diamanahkan bukan
untuk dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi tetapi untuk merehabilitasi
kehidupan bangsanya meskipun banyak tekanan dari berbagai penjuru.
Dan dari keempat point di atas, penulis menekankan
pada point paling akhir yaitu bagiamana kita seharusnya membina diri untuk
selalu berjiwa besar dan bervisi besar untuk berkontribusi. Seorang negarawan
bukanlah orang yang sibuk berdebat saja di dalam memandang permasalahan, juga
berkubu-kubu untuk membela siapa yang benar dan siapa yang salah dalam konteks
rivalitas politik. Seorang negarawan adalah orang yang berpegang teguh pada
prinsip untuk menjadi khoirunnas anfa’uhum linnas,
senantiasa bervisi untuk mewujudkan kehidupan masyarakatnya ke arah yang lebih
baik. Memberikan kontribusi yang besar kepada bangsa terus menerus adalah
karakter sejati seorang negarawan.
Akhirnya kita
mengerti bagaimana orang besar seperti B. J. Habibie memberikan kontribusinya
untuk Indonesia. Seorang suami yang baik, ayah yang menginspirasi, negarawan
sejati, cendikiawan muslim, dan seorang yang hidupnya sederhana yang telah
mengguncang dunia karena karya dan kebaikannya. Beliau adalah salah satu sosok
manusia prestatif yang mampu mengubah wajah Indonesia sehingga dapat
bertransisi dari era agraris menuju era teknologi. Tentunya tidak selayaknya
kita hanya menjadi pengagum dari karya-karya beliau, tetapi menjadi pembuat
jejak-jejak baru dalam era yang baru ini pula agar kita bisa menjadi
negarawan-negarawan yang baik di masa depan. Sehingga para pendiri bangsa ini,
dan mereka-mereka yang terus berkomitmen menjadi negarawan sejati tersenyum
saat melihat generasinya sekarang masih bergiat untuk menjadi penerus-penerus
mereka. Jayalah Indonesia, jayalah negeriku tercinta. Mari kita belajar untuk
merawat Indonesia.
sumber : http://log.viva.co.id/news/read/374970-mengenal-sosok--b-j--habibie
Thank You Bacaannya Menggugah. @BuDah
BalasHapusokee BuTut heheh :)
BalasHapus