Nama Lengkap : Ajip Rosidi
Alias : No Alias
Profesi : -
Agama : Islam
Tempat Lahir : Jatiwangi, Majalengka, Jawa
Barat
Tanggal Lahir : Senin, 31 Januari 1938
Zodiac : Aquarius
Warga Negara : Indonesia
Ayah : Dayim Sutawiria
Ibu : Hj. Sitti Konaah
Istri : Hj. Patimah
Anak : Nunun Nuki Aminten, Titi Surti Nastiti, Uga Perc�ka,Nundang Rundagi, Rangin Sembada, Titis Nitiswari
BIOGRAFI
Ajip Rosidi
(baca: Ayip Rosidi) adalah sastrawan Indonesia, penulis, budayawan, dosen,
pendiri, dan redaktur beberapa penerbit, pendiri serta ketua Yayasan Kebudayaan
Rancage. Ajip merupakan salah satu pengarang sajak dan cerita
pendek yang paling produktif (326 judul karya dimuat dalam 22
majalah). Ajip juga aktif menulis drama, cerita rakyat, cerita wayang, bacaan
anak-anak, lelucon, dan memoar serta menjadi editor beberapa bunga
rampai.
Ajip menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat Jatiwangi (1950), lalu melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri VIII Jakarta (1953) dan terakhir, Taman Madya, Taman Siswa Jakarta (1956). Ajip memang tak tamat SMA, tapi berkat hasil bacaan yang sangat luas dan karya-karyanya yang berlimpah, pada tahun 1967-1970, ia dipandang pantas untuk menjadi dosen luar biasa di Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, Bandung. Kemudian pada 1981, berkat peranannya dalam bidang kesusastraan dan kebudayaan, Ajip diangkat sebagai guru besar tamu di Osaka Gaikokugo Daigaku (Universitas Bahasa Asing Osaka). Sejak itu, ia juga ditugasi mengajar di Tenri Daigaku (1982-1994) dan Kyoto Sangyo Daigaku (1982-1996).
Pada usia 12 tahun, saat masih duduk di bangku kelas VI Sekolah Rakyat, tulisan Ajip telah dimuat dalam ruang anak-anak di harian Indonesia Raya. Ketika SMP, Ajip bahkan sudah menekuni dunia penulisan dan penerbitan. Tulisan-tulisannya berbahasa Indonesia, Sunda, dan Jawa, bahkan beberapa karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa asing, dimuat dalam bunga rampai atau terbit sebagai buku, seperti dalam bahasa Belanda, Cina, Inggris, Jepang, Perancis, Kroasia, Rusia, dll. Ajip dikenal sebagai sosok yang mengharumkan budaya Sunda di kancah internasional. Kini Ajip aktif mengelola beberapa lembaga nonprofit, seperti Yayasan Kebudayaan Rancag dan Pusat Studi Sunda.
Ajip menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat Jatiwangi (1950), lalu melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri VIII Jakarta (1953) dan terakhir, Taman Madya, Taman Siswa Jakarta (1956). Ajip memang tak tamat SMA, tapi berkat hasil bacaan yang sangat luas dan karya-karyanya yang berlimpah, pada tahun 1967-1970, ia dipandang pantas untuk menjadi dosen luar biasa di Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, Bandung. Kemudian pada 1981, berkat peranannya dalam bidang kesusastraan dan kebudayaan, Ajip diangkat sebagai guru besar tamu di Osaka Gaikokugo Daigaku (Universitas Bahasa Asing Osaka). Sejak itu, ia juga ditugasi mengajar di Tenri Daigaku (1982-1994) dan Kyoto Sangyo Daigaku (1982-1996).
Pada usia 12 tahun, saat masih duduk di bangku kelas VI Sekolah Rakyat, tulisan Ajip telah dimuat dalam ruang anak-anak di harian Indonesia Raya. Ketika SMP, Ajip bahkan sudah menekuni dunia penulisan dan penerbitan. Tulisan-tulisannya berbahasa Indonesia, Sunda, dan Jawa, bahkan beberapa karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa asing, dimuat dalam bunga rampai atau terbit sebagai buku, seperti dalam bahasa Belanda, Cina, Inggris, Jepang, Perancis, Kroasia, Rusia, dll. Ajip dikenal sebagai sosok yang mengharumkan budaya Sunda di kancah internasional. Kini Ajip aktif mengelola beberapa lembaga nonprofit, seperti Yayasan Kebudayaan Rancag dan Pusat Studi Sunda.
PENDIDIKAN
·
Sekolah Rakyat
Jatiwangi (1950)
·
Sekolah Menengah
Pertama Negeri VIII Jakarta (1953)
·
Taman Madya, Taman
Siswa Jakarta (tidak tamat) (1956)
KARIR
·
Penerbit, editor dan
pemimpin majalah Suluh Pelajar (1953-1955)
·
Anggota LBSS dan
menjadi anggota pengurus pleno (1956-1958) dan anggota Dewan Pembina (terpilih
dalam Kongres 1993), tapi mengundurkan diri (1996)
·
Anggota BMKN 1954, dan
menjadi anggota pengurus pleno (terpilih dalam Kongres 1960)
·
Pendiri penerbit
Kiwari di Bandung (1962)
·
Pendiri penerbit
Cupumanik (Tjupumanik) di Jatiwangi (1964)
·
Pendiri penerbit Duta
Rakyat (1965) di Bandung
·
Pemimpin redaksi
Mingguan Sunda 1965-1967
·
Tahun 1967 diangkat
sebagai dosen luar biasa pada Fakultas Sastera Universitas Padjadjaran di
Bandung
·
Pemimpin redaksi
majalah kebudayaan Budaya Jaya (1968-1979)
·
Anggota DKJ sejak awal
(1968), kemudian menjadi Ketua DKJ beberapa masa jabatan (1972-1981)
·
Salah seorang pendiri
dan salah seorang Ketua PP-SS yang pertama (1968-1975)
·
Mendirikan dan
memimpin Proyek Penelitian Pantun dan Folklor Sunda (PPP-FS) yang banyak
merekam Carita Pantun dan mempublikasikannya (1970-1973)
·
Pendiri penerbit
Pustaka Jaya (1971)
·
Pendiri penerbit
Pustaka Jaya (kemudian Dunia Pustaka Jaya) di Jakarta (1971)
·
Menjabat sebagai Ketua
Dewan Kesenian Jakarta (1972-1981)
·
Ketua IKAPI dalam dua
kali kongres (1973-1976 dan 1976-1979)
·
Dosen kuliah umum di
berbagai universitas di seluruh Indonesia, antara lain di Institut
Teknologi Bandung (ITB),Universitas Diponegoro (Semarang), IKIP
Negeri Bandung, IKIP Negeri Padang, di Padang, Universitas Syah Kuala, Banda
Aceh, IKIP Negeri Surabaya, dll
·
Salah seorang pendiri
Yayasan PDS H.B. Jassin (1977)
·
Pendiri penerbit
Girimukti Pasaka di Jakarta (1980)
·
Tahun 1981 diangkat
sebagai Visiting Professor pada Osaka Gaikokugo Daigaku di Osaka, Jepang
(sampai 2003)
·
Tahun 1983-1994
menjadi Gurubesar Luar Biasa pada Tenri Daigaku, di Tenri, Nara
·
Tahun 1983-1996
menjadi Gurubesar Luar Biasa pada Kyoto Sangyo Daigaku di Kyoto
·
Salah seorang pendiri
dan Ketua Dewan Pendiri Yayasan PP-SS (1996)
·
Pendiri penerbit
Kiblat Buku Utama di Bandung (2000)
PENGHARGAAN
·
Dalam Kongres Kebudayaan
tahun 1957 di Denpasar, mendapat Hadiah Sastra Nasional untuk
sajak-sajak yang ditulisnya tahun 1955-1956
·
Dalam Kongres
Kebudayaan tahun 1960 di Bandung, mendapat Hadiah Sastra Nasional untuk
kumpulan cerita pendeknya yang berjudul Sebuah Rumah Buat Hari Tua
·
Tahun 1975 mendapat
Cultural Award dari Pemerintah Australia
·
Tahun 1993 mendapat
Hadiah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia
·
Tahun 1994, terpilih
sebagai salah seorang dari Sepuluh Putra Sunda yang membanggakan daerahnya
·
Tahun 1988, sejumlah
sahabatnya di Bandung mengadakan peringatan Ajip Rosidi 50 Tahun dengan
menerbitkan buku Ajip Rosidi Satengah Abad
·
Tahun 1999 mendapat
Kun Santo Zui Hoo Shoo (Order of the Sacred Treasure, Gold Rays with Neck
Ribbon) dari pemerintah Jepang
·
Tahun 2003 memperoleh
Hadiah Mastera dari Brunei
·
Tahun 2004 mendapat
Professor Teeuw Award dari Belanda
·
Tahun 2005, Paguyuban
Panglawungan Sastera Sunda (PPSS) di Bandung menyelenggarakan acara
dramatisasi, musikalisasi puisi, dan diskusi buku Ayang-ayang Gung dalam rangka
67 Ajip Rosidi (31 Januari 2005)
·
Tahun 2007 mendapat
Anugrah Budaya Kota Bandung 2007
·
Mendapat Anugerah
Hamengku Buwono IX 2008 untuk berbagai sumbangan positifnya bagi masyarakat
Indonesia di bidang sastra dan budaya
Sumber : http://profil.merdeka.com/indonesia/a/ajip-rosidi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar